Satu bulan setelah kontrol pertama, saya kembali datang ke rumah sakit untuk kunjungan kedua. Di dalam hati saya masih menyimpan harapan besar: semoga kali ini saya bisa menjalani tes treadmill yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Seperti biasa, sebelum bertemu dokter saya menjalani pemeriksaan awal—tensi, saturasi oksigen, dan berat badan. Dan hasilnya… tekanan darah saya masih tinggi. Angkanya saya sudah lupa, tetapi cukup tinggi hingga dokter memutuskan bahwa tes treadmill harus ditunda. Lagi. Jujur, rasanya cukup membuat hati jatuh. Selama sebulan itu saya sudah menyiapkan diri: membaca banyak artikel tentang tes treadmill, mencoba memperbaiki pola hidup, bahkan mempersiapkan mental untuk menghadapi hasilnya. Tapi hari itu semua harus diundur lagi satu bulan ke depan. Obat yang saya dapat pun masih sama seperti resep sebelumnya. Karena tidak ada banyak perkembangan medis hari itu, saya merasa ini adalah momen yang tepat untuk membuka sedikit cerita tentang diri saya—tentang latar...
Dua hari setelah kejadian nyeri dada yang membawa saya ke IGD, saya kembali datang ke rumah sakit. Kali ini untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Tyagita. Ini adalah pertemuan pertama saya dengan dokter jantung—sebuah langkah yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan dalam hidup saya. Sebagai pasien baru, saya harus menjalani rangkaian pemeriksaan awal: tensi, saturasi oksigen, berat badan, dan ECHO. Bagi yang belum familiar, ECHO adalah pemeriksaan jantung menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk melihat struktur dan fungsi jantung secara detail. Saat pemeriksaan berlangsung, pikiran saya dipenuhi tanda tanya… ada apa sebenarnya dengan jantung saya? Setelah selesai, saya kembali ke ruang tunggu. Di sana saya duduk cukup lama sambil menahan rasa was-was. Doa saya panjatkan diam-diam, berharap semua baik-baik saja. Sampai akhirnya nama saya dipanggil. Saya masuk ke ruang dokter dan dua wanita berjilbab menyambut dengan ramah. Salah...